Penulis adalah staf Departement of Neurobiology, School of Medicine, University of California, Irvine, USA
BERPUASA pada bulan Ramadan bagi kaum muslimin,
secara hakekat bukan hanya menahan dahaga dan lapar mulai dari terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari. Tetapi lebih dari itu adalah suatu
latihan psikis, mental dan tentu saja fisik biologi. Secara psikis,
orang yang menjalankan puasa tersebut akan semakin memiliki jiwa dan
perilaku sehat, dan tentunya menjauhkan pikiran dan perbuatan dari
hal-hal yang bisa mencederai hakekat berpuasa, sehingga kedepan bisa
menjadi manusia yang berakhlak mulia.
Secara biologis, tentunya diharapkan bisa bermanfaat bagi kesehatan. Pelaksanaan puasa dilaksanakan dengan cara menahan dahaga dan lapar mulai dari subuh hingga terbenamnya mentari di ufuk timur; (dibutuhkkan waktu sekitar 14 jam). Berarti selama melaksanakan puasa tubuh mengalami proses metabolisme atau makanan didaur ulang dalam sistem pencernaan sekitar 8 jam, dengan perincian 4 jam makanan disiapkan dengan keasaman tertentu dengan bantuan asam lambung, untuk selanjutnya dikirim ke usus, 4 jam kemudian makanan diubah wujudnya menjadi sari-sari makanan di usus kecil kemudian diabsorobsi oleh pembuluh darah dan dikirim keseluruh tubuh. Waktu sisa 6 jam merupakan waktu yang ideal bagi sistem percernaan untuk istirahat
.
Selama melaksanakan puasa Ramadan tersebut,
menjadi hal yang penting untuk memahami manfaatnya. Apalagi jika
dilakukan secara ikhlas dan disertai kepercayaan dan pengetahuan yang
memadai tentang manfaat pelaksanaan puasa bagi kesehatan tubuh,
khususnya yang berhubungan dengan metabolism, sistem endokrim, dan
kesehatan organ yang sangat penting, seperti otak.
Dengan menjalankan puasa, berarti suatu
aktivitas fisik dan biologis, sebagai usaha untuk mengatur dan
memperbaiki metabolisme tubuh. Hal ini dapat dimengerti, karena
pelaksanaan puasa mengajarkan dan melatih tubuh secara disiplin untuk
makan dan minum secara tidak berlebihan dan mengatur kuantitas dan
kualitas makanan yang dikonsumsi. Dengan demikian maka puasa akan
memberi manfaat kesehatan bagi orang yang menjalankannya.
Berpuasa akan melatih seseorang, untuk hidup
teratur dan disiplin, serta mencegah kelebihan makan. Menurut
penelitian, puasa dapat menyehatkan tubuh, sebab makanan berkaitan erat
dengan proses metabolisme tubuh. Saat berpuasa karena ada fase istirahat
setelah fase pencernaan normal, yang diperkirakan sekitar 6 sampai 8
jam, maka pada fase tersebut terjadi degradasi dari lemak dan glukosa
darah. Demikian pula ternyata terjadi peningkatan HDL (High Density
Lipoprotein) and apoprotein alfa1, dan penurunan LDL (low Density
Lipoprotein), hal ini sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan
pembuluh darah, karena HDL berefek baik bagi kardiovaskuler sedangkan
LDL berefek negatif bagi kesehatan pembuluh darah. Kondisi tersebut
dapat menjauhkan serangan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Bagi penyakit kardiovaskuler, tidak ada
penanggulangan yang lebih baik selain mencegahnya. Hal ini dapat
dilakukan dengan memperbaiki gaya hidup sehat, melaksanakan pola makanan
yang sehat (memperbanyak makan makanan berserat dan bersayur, serta
tidak makan berlebihan makanan yang mengandung lemak dan kolesterol
tinggi), serta dilanjutkan dengan olah raga atau aktivitas yang teratur.
Demikian pula secara psikologis yang tenang,
teduh dan tidak dipenuhi rasa amarah saat puasa ternyata dapat
menurunkan adrenalin. Sebab saat marah terjadi peningkatan jumlah
adrenalin sebesar 20-30 kali lipat. Adrenalin akan memperkecil kontraksi
otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh
darah koroner, meningkatkan tekanan darah arterial dan menambah volume
darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga menambah
pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai
hal tersebut ternyata dapat meningkatkan risiko penyakit pembuluh darah,
jantung dan otak seperti jantung koroner, stroke dan lainnya.
Dalam penelitian endokrinologi menunjukkan bahwa
pola makan saat puasa yang bersifat rotatif menjadi beban dalam
akumulasi makanan di dalam tubuh. Keadaan ini mengakibatkan pengeluaran
hormon sistem pencernaan seperti amylase, pangkrease, dan insulin dalam
jumlah besar, sehingga akan meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan
tubuh. Dengan demikian, puasa bermanfaat menurunkan kadar gula darah,
kolesterol dan mengendalikan tekanan darah. Itulah sebabnya, puasa
sangat dianjurkan bagi perawatan mereka yang menderita penyakit
diabetes, kolesterol tinggi, kegemukan dan hipertensi.
Demikian pula, manfaat puasa terhadap fungsi dan
kesehatan otak, dapat dijelaskan secara ilmiah (scientific experiment).
Berdasarkan penelitian plastisitas dan neurogenesis, yaitu tentang
kelenturan dan perkembangan otak. Dijelaskan bahwa pada dasarnya
synapsis (jaringan/keneksi otak) dapat berkembang berdasarkan, faktor
lingkungan, kejiwaan, dan makanan yang dikomsumsi oleh seseorang.
Bahkan, Dr. Johansen-Berg, et al. (Neuron Journal 2012) mejelaskan bahwa
synapsis diotak dapat mengalami perubahan selama 24 jam yang terekpos
oleh pembelajaran dan latihan.
Sehingga pada saat seseorang melaksanakan puasa
Ramadan, selama sebulan penuh (30×24 jam). Dengan berupaya secara
maksimal mengatur cara makanan, serta senantiasa berpikir positif,
berpikir optimism, serta tawadhu dan berbuat secara ikhlas. Maka
berdasarkan plastisitas, neurogenesis, dan fungsional kompensasi
jaringan otak, akan diperbaharui. Sehingga struktur otak, akan terbentuk
networking atau rute jaringan baru didalam otak, yang tentunya akan
membentuk pribadi dan manusia yang berpikiran sempurna sesuai anjuran
dan latihan Ramadan, yang telah dijalankan selama sebulan penuh.
Sehingga setelah bulan Ramadan, maka muslim
tersebut akan menjadi orang-orang yang secara biologis, psikologis,
fungsional menjadi orang yang baru. Yaitu manusia senantiasa berpikiran
yang lebih baik, yang digambarkan dengan perubahan struktur atau
networking (synapses) otak yang baru: yang senantias berpikiran positif,
optimisme, tawaduh, serta berserah diri kepada Tuhannya. Demikian pula
akan bermanfaat meningkatkan daya ingat, mengurangi kematian sel-sel
saraf, bahkan dalam tingkatan tertentu mempermuda regenerasi sel-sel
saraf yang baru. Demikian pula karena terjadi penurunan zat-zat lemak
seperti Cholesterol, Trigliserida, LDL, dan terjadi peningkat HDL,
menyebabkan suasana kesehatan otak akan terhindar dari berbagai penyakit
degenerative, seperti Stroke dan Hipertention Brain
No comments:
Post a Comment